Transformasi Bentuk Simbolik Arsitektur Candi Prambanan

Authors

  • Yosep Dwikora Krismiyanto Universitas Atmajaya Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.37631/pendapa.v3i2.164

Keywords:

Bentuk-Simbolik, Transformasi, Dimensi Formal, Dimensi Transendental

Abstract

Fenomena Arsitektur Candi Prambanan adalah unik karena memenuhi kriterium dimensi makna transendental sejak awal mula pembangunannya, masa kehidupan, masa kegelapan, penemuan kembali, pembangunan dan rekonstruksi, dan kini sebagai tempat upacara keaagaman, pariwisata dan obyek penelitian telah mengalami apa yang dapat dikatakan sebagai Transformasi Bentuk Simbolik, sementara makna eksistensial Arsitektur Candi Prambanan telah mengatasi waktu maupun kesejarahannya tetap hadir sampai saat ini dan terbuka untuk interpretasi baru. Penemuan kembali Candi Prambanan berikut upaya rekonstruksi Bentuk-Simbolik arsitekturnya merupakan indikasi pemaknaan kembali dimensi instrumental, dimensi formal maupun dimensi transendental dari bentuk arsitekturnya. Dari penelitian aspek perseptual Bentuk-Simbolik dalam Arsitektur dengan pendekatan komunikasi grafis maupun sinematografis diharapkan dapat diamati kecenderungan pemaknaan oleh pengamat - dalam hal ini para mahasiswa arsitektur yang dengan pengetahuan dan kemampuan mereka akan menghubungkan Bentuk Simbolik arsitektural dengan pemaknaan tertentu (yang dianalisis melalui metode content analysis). Dari sini akan dapat dilihat apakah Bentuk-Simbolik arsitektural berdimensi transendental dapat dikomunikasikan dan dianalisis secara mendalam dengan mengandaikan pendekatan disiplin ilmu komunikasi.

Dari hasil penelitian aspek perseptual, secara stimulus ikonis dan wawancara tahap pertama terlihat kecenderungan pengamat menjawab pertanyaan dalam dimensi formal yang dikaitkan dengan agama Hindu, maka peneliti mengarahkan wawancara tahap kedua dengan persepsi bentuk yang menunjuk pada ke-khasan atau keunikan, pengaruh secara perseptual seperti: keagungan, kemegahan, dan misteri. Ketika peneliti memberikan tekanan pada persepsi bentuk dengan seketika pula responden menjawab bawa bentuk Meru dan Mandala yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa arsitektur sebagai responden cenderung pada dimensi formal sehingga mempengaruhi pemaknaan bentuk yang mereka lakukan. Dari sini dapat dilihat bahwa bentuk-simbolik berdimensi transendental harus dilihat secara mendalam dengan mengandaikan pengetahuan yang lebih tinggi pada level kesadaran yang melingkupinya. Dalam kaitan tersebut, penelitian deskriptif yang melihat berbagai pandangan dan mengkonstruksikan pemikiran baru akan lebih membantu mencapai pemahaman dalam dimensi transendental, termasuk untuk memahami bentuk-bentuk simbolik yang berdimensi transenden.

Fenomena Arsitektur Candi Prambanan adalah unik karena memenuhi kriterium dimensi makna transendental sejak awal mula pembangunannya, masa kehidupan, masa kegelapan, penemuan kembali, pembangunan dan rekonstruksi, dan kini sebagai tempat upacara keaagaman, pariwisata dan obyek penelitian telah mengalami apa yang dapat dikatakan sebagai Transformasi Bentuk Simbolik, sementara makna eksistensial Arsitektur Candi Prambanan telah mengatasi waktu maupun kesejarahannya tetap hadir sampai saat ini dan terbuka untuk interpretasi baru. Penemuan kembali Candi Prambanan berikut upaya rekonstruksi Bentuk-Simbolik arsitekturnya merupakan indikasi pemaknaan kembali dimensi instrumental, dimensi formal maupun dimensi transendental dari bentuk arsitekturnya. Dari penelitian aspek perseptual Bentuk-Simbolik dalam Arsitektur dengan pendekatan komunikasi grafis maupun sinematografis diharapkan dapat diamati kecenderungan pemaknaan oleh pengamat - dalam hal ini para mahasiswa arsitektur yang dengan pengetahuan dan kemampuan mereka akan menghubungkan Bentuk Simbolik arsitektural dengan pemaknaan tertentu (yang dianalisis melalui metode content analysis). Dari sini akan dapat dilihat apakah Bentuk-Simbolik arsitektural berdimensi transendental dapat dikomunikasikan dan dianalisis secara mendalam dengan mengandaikan pendekatan disiplin ilmu komunikasi.

Dari hasil penelitian aspek perseptual, secara stimulus ikonis dan wawancara tahap pertama terlihat kecenderungan pengamat menjawab pertanyaan dalam dimensi formal yang dikaitkan dengan agama Hindu, maka peneliti mengarahkan wawancara tahap kedua dengan persepsi bentuk yang menunjuk pada ke-khasan atau keunikan, pengaruh secara perseptual seperti: keagungan, kemegahan, dan misteri. Ketika peneliti memberikan tekanan pada persepsi bentuk dengan seketika pula responden menjawab bawa bentuk Meru dan Mandala yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa arsitektur sebagai responden cenderung pada dimensi formal sehingga mempengaruhi pemaknaan bentuk yang mereka lakukan. Dari sini dapat dilihat bahwa bentuk-simbolik berdimensi transendental harus dilihat secara mendalam dengan mengandaikan pengetahuan yang lebih tinggi pada level kesadaran yang melingkupinya. Dalam kaitan tersebut, penelitian deskriptif yang melihat berbagai pandangan dan mengkonstruksikan pemikiran baru akan lebih membantu mencapai pemahaman dalam dimensi transendental, termasuk untuk memahami bentuk-bentuk simbolik yang berdimensi transenden.

Author Biography

Yosep Dwikora Krismiyanto, Universitas Atmajaya Yogyakarta

Dosen tetap Prodi Arsitektur Universitas Atmajaya Yogyakarta

References

Atmadi, Parmono, 1984, Apa Yang Terjadi Pada Arsitektur Jawa?, Lembaga Javanologi, Yogyakarta

Bakker, Anton, 1995, Kosmologi Dan Ekologi, Filsafat tentang Kosmos

Brouwer, MAW., 1983, Psikologi Fenomenologi, Gramedia, Jakarta

Cassirer, Ernst, 1944, Manusia Dan Kebudayaan, Gramedia, Jakarta

Ching, DK., 1996, Arsitektur, Bentuk, Ruang Dan Susunannya, Edisi Kedua, Erlangga, Surabaya

Eliade, Mircea, 1959, Sacred And Profane, Word Inc., NY

Galtung, Johann, 1977, Pendekatan Konstruktivisme, Kanisius, Yogyakarta

Haryadi, 1996, Arsitektur Vernakular, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Holl, Steven, 1994, Questions Of Perception, Phenomenology of Architecture, Dalam journal Architecture and Urbanism, Tokyo

Japan Internasional Cooperation Agency,1967, National Archeological Parks Borobudur + Prambanan Central Java And Yogyakarta Area, Keyaki Printing

Johnson, Paul-Alan, 1994, The Theory Of Architecture, van Nostrand Reinhold, NY

Jung, Carl-Gustave, 1970' Aion, Research into the Phenomenology of Self, Princeton University

Krismiyanto, 1998, Transformasi Bentuk Simbolik, Seminar Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Mangunwijaya, YB., 1988, Wastucitra, Gramedia, Jakarta

Merleau-Ponty, Maurice, 1974, Phenomenology Of Perception, Routledge and Keegan Paul, London

Muhadjir, Noeng, 1989, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta

Rapoport, Amos, 1982, An Introduction Into Architecture, MC. Graw Hill, NY

Schimbeck, Egon, 1988, Gagasan, Bentuk Dan Arsitektur: Prinsip-prinsip dalam Perancangan Arsitektur Kontemporer, Intermatra, Bandung

Soekmono, 1988, Candi, Fungsi dan Pengertiannya Snodgrass, 1988, The Symbolism Of Stupa, Cornell University, Ithaca, NY

Wiryomartono, A. Bagoes P., 1995, Seni Bangunan Dan Seni Bina Kota Di Indonesia, Gramedia, Jakarta

Published

2020-08-29

Issue

Section

Articles